Nov 9, 2016

Akhir-akhir ini sedang ramai sesama manusia saling berargumen
dari cara yang baik dan santun, hingga sebaliknya cara yang buruk
gaduh tak beradab.
Pada situasi yang seperti ini, egois hadir berupa kebodohan dan kecerdasan.
Kamu di rupa yang mana?

Nov 2, 2016

MELEPAS MAMA

Sabtu 15 Oktober 2016, entah mengapa hari itu suasana terasa beda dari biasanya. Sejak membuka mata, saya seperti tidak ingin beranjak dari sisi mama yang terbaring sakit. Hari itu ada firasat yang tidak berani diartikan, rasanya aneh. Lalu saya teringat malam-malam sebelumnya ketika mama mengatakan "mama sudah tidak kuat lagi, tapi jangan bawa mama ke Rumah Sakit, jangan bawa mama jauh dari rumah". Dengan suara yang pelan dan terbata-bata, saya kira saat itu mama sedang memohon untuk membiarkan mama tetap di rumah. Mungkin mama sudah tahu waktunya tidak akan lama lagi bersama kami. Saya masih ingat bagaimana rasanya ditinggalkan, bagaimana ayah pergi subuh itu. Lalu apakah mama juga akan pergi secepat ini? Memikirkannya tentu membuat hati terasa sesak dan sedih.  

Hari itu saya menangkap kegelisahan dan tatapan penuh kesedihan dari mata mama. Walaupun tanpa kata, saya bisa merasakan apa yang ingin mama sampaikan. Tapi apa daya, saya hanya seorang anak yang tidak ingin merasakan kehilangan lagi. Apalagi harus kehilangan sosok mama yang selama ini selalu bersama dan menjadi penyemangat. Sosok mama yang superwomen. Sosok mama yang selalu manis di mata saya. Perasaan yang aneh membuat saya mencoba melawan firasat bahkan rasa takut jelang detik-detik kepergian mama. Melawan dengan membalikan firasat bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa  mama masih akan tetap bersama kita hingga waktu yang lama. “tidak Tuhan! Mama harus sembuh! Mama jangan dulu pergi! Mama masih akan bersama kita…”.

Sore menjelang magrib, kondisi mama berubah dengan drastis bersamaan dengan suara tarhim dari mesjid yang tidak jauh dari rumah. Melihat kondisi mama yang berubah, seorang kerabat mengatakan mungkin ini sudah waktunya.  Mari kita tenang dan melepaskan mama dengan teduh, melepaskan mama dengan tahlil dan kalimat-kalimat tauhid. Bagi kalian yang pernah kehilangan orang-orang tercinta, tentu tahu bagaimana berat dan sakitnya berada dalam situasi seperti itu. Situasi ketika kalian tahu waktu kalian tidak akan lama lagi bersama orang yang kalian cintai. Situasi itu bahkan bisa membuat kita melawan logika dan Tuhan.

Jelang kepergian mama, saya hanya bisa terdiam di depan tubuh mama yang sedang menghadap ajalnya. Saya seperti tidak berdaya diperhadapkan dengan kenyataan akan kehilangan orang tercinta untuk kedua kalinya. Saat itu kamar terasa senyap, yang terdengar hanya tahlil dan kalimat-kalimat tauhid melepas kepergian mama. Sekeras apapun saya mencoba melawan kenyataan, tetap saja saya hanya manusia yang tidak bisa melawan kehendak sang khalik. Lalu… Innalillahi wainna illahi rajiuun… mama menghembuskan napas terakhir bersamaan dengan adzan magrib. Seketika suasana senyap berubah menjadi isak tangis dan kesedihan yang mendalam. Di hadapan saya mama menutup mata dan terdiam untuk selamanya…

Selamat jalan mama.., selamat jalan nona manis tersayang... Kisah kita berakhir di waktu magrib, bukan berarti akhir dari rasa sayang dan rindu, bukan berarti pudar dan payah pada hari esok, bukan berarti berhenti mengenang. Mama tentu akan selalu ada di hati dan ingatan kami. Mama akan terus menjadi inspirasi bagaimana menjalani hidup untuk saling berbagi. Mama akan terus menjadi “tuang hati jantong” di dalam hati-hati kami. Sampaikan salam untuk ayah saat mama bertemu disana. Katakan pada ayah kami sangat rindu…

Melepas mama tentu sangat menyakitkan dan butuh keberanian besar untuk ikhlas. Butuh kekuatan besar untuk melalui hari-hari tanpa mama.
Terima kasih mama.
Terima kasih sudah menjadi mama seorang saya.
Terima kasih untuk semua waktu mama bersama saya.
Terima kasih untuk semua rasa-rasa yang ada di dunia ini, yang mama berikan kepada saya maupun yang kita alami bersama.
Terima kasih untuk selalu memaafkan saya.
Diatas semua itu, terima kasih untuk kelahiran hingga kematian saya.


With Love