GEMURUH FANS
Galau… iya, banget!!
Kenapa?
Sehari sebelum
ulang tahun saya 15 Juli kemarin, tim favorite saya Argentina harus mengalami
kekalahan di final World Cup 2014 oleh Jerman dengan skors 1-0. Nyeseknya lagi
satu-satunya gol penentu kemenangan Jerman dibuat pada menit-menit terakhir
ekstra time ke-2. Mungkin kalau pertandingannya berakhir dengan pinalti ceritanya bisa berbalik dimenangkan
Argentina, atau paling tidak Messi atau siapapun bisa menyumbangkan satu gol
saja ke gawang Jerman. Ahh sudahlah… nasi sudah menjadi bubur dan faktanya Albiceleste
harus mengurung niat mereka mengangkat trofi piala dunia setelah penantian panjang
selama 24 tahun. Setidaknya menjadi runner up juga tidak mengapa, dan setidaknya
Messi mendapatkan golden ball, walaupun itu tidak begitu penting lagi
dibandingkan menjadi juara piala dunia 2014. World Cup sebagai ajang pembuktian
la pulga untuk fans dan Negaranya bagi saya telah terbukti, kita tidak bisa
pungkiri jika “bicara soal sepak bola adalah bicara soal keberuntungan di
lapangan dan di depan gawang”. Hanya keren dan bermain indah di lapangan saja
tidak cukup jika keberuntungan berada di pihak lawan atau sebaliknya. Ahh..
kalau diingat-ingat semakin galau saya. Berharap kemenangan Argentina bisa
menjadi kado terindah saya di ulang tahun saya kali ini, tapi saya sendiri harus
tutup mulut dan puas dengan Argentina hanya menjadi runner up.
Masih tentang Albiceleste.
Saya berharap pelatih pengganti Sabella kelak harus benar-benar memahami
sejarah masuknya sepak bola di Argentina serta gaya bermain Argentina. Permainan
sepak bola Argentina mempunyai ciri khas yang disebut La Nuestra, yakni teknik
dribble yang cepat dan penuh kejutan. Gaya ini menekankan kepada kebebasan pemain
untuk berkespresi dan keindahan permainan. La Nuestra muncul sekitar tahun
1900an sebagai respons publik Argentina terhadap gaya permainan ala Britania
Raya yang menekankan kepada passing, kolektivitas dan kekuatan fisik. Menurut saya
pada pertandingan final world cup antara Argentina vs Jerman, Argentina tidak
bermain dengan gaya mereka seperti biasanya dimana Sabella lebih menekankan
pada gaya bermain dengan strategi bertahan dan mengandalkan serangan balik (counterattack). Strategi Sabella untuk permainan Argentina tersebut mungkin adalah reaksi dari
rasa kurang percaya diri Sabella terhadap pertahanan lini belakang Argentina. Padahal
beberapa pertandingan terakhir sudah membuktikan jika lini tengah dan pertahanan Argentina
lumayan bagus. Peran Javier Mascherano,
Martin Demichelis, Ezequiel Garay, Pablo Zabaleta, Marcos Rojo, Lucas Biglia dan
Romero yang beberapa kali menyelamatkan gawang Argentina sudah sangat maksimal
buat saya. Semestinya Sabella memaksimalkan itu dengan strategi yang baik dan
tentu saja dengan menerapkan gaya permainan La Nuestra.
Dari semua hal di
atas, kita tidak bisa melupakan dua hal “komitmen dan konsisten”. Jika tidak
ada dua hal tersebut, saya kira percuma buat Argentina. Jerman memang layak
menjadi juara World Cup 2014 karena mereka konsisten dari awal. Pada akhirnya
walupun sedih, saya berharap Albiceleste harus tetap semangat dan bisa meraih
juara dunia di tahun-tahun berikutnya. Amin…
Comments
Post a Comment