19-01-1999 TIDAK UNTUK DIKENANG



Ini kisah tentang 13 tahun yang lalu, kisah yang menjadi sejarah di tanah pela gandong sekaligus kisah yang mencoreng tatanan budaya pela gandong dengan prinsip “ale rasa beta rasa”. Ale rasa beta rasa dalam pengertiannya adalah “ketika kamu sedih atau susah, saya juga turut merasakannya, sebaliknya ketika saya senang kamu juga turut merasakan senang. Apa pun rasa itu, tidak melihat perbedaan darimana kita berasal atau latar belakang keyakinan kita, kita adalah satu ORANG MALUKU”. itu adalah makna ale rasa beta rasa dalam hubungan persaudaraan pela gandong di Maluku.


Hari itu 19 Januari 1999, hanya dalam satu hari apa yang kita banggakan luntur bersamaan dengan rasa kasih sayang sesama makhluk hidup di tanah Maluku. Situasi memaksa kita keluar dari rumah kita sendiri, keadaan membuyarkan semua norma-norma agama dan norma-norma kehidupan. Hubungan persaudaraan yang sudah ada sejak jaman leluhur pun hilang. Kita seperti orang asing di tanah dan rumah kita sendiri, sesama pela gandong bertikai dan saling membunuh seperti dirasuki penyakit “tidak beragama’ yang mengaku beragama dan mengatasnamakan solidaritas beragama.

Alhasil… adik, kakak, bapak, ibu, om, tante, kakek, nenek, sepupu, dan saudara-saudara kita hingga tetangga pun tidak luput menjadi korban. Hanya dalam jangka waktu sehari meninggalkan bekas bertahun-tahun, mengakibatkan dendam yang direalisasi selama beberapa tahun, dendam yang mengungkung kita dalam gep-gep yang curam, gep yang seolah-olah diatur untuk menghapus ingatan darimana kita berasal. Ya gep-gep yang mengatasnamakan keyakinan. Lalu siapa yang bersalah atas tragedy 19 Januari 1999 di tanah kita Maluku? apakah kita patut menyalahkan individu, pemerintah, Negara, atau mungkin bangsa lain atas apa yang terjadi di Maluku? saya kira tidak!! Tidak ada yang patut disalahkan , atau dijadikan kambing hitam atas tragedi kemanusiaan yang kita alami karena kita sendiri penyebabnya. Kitalah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi.

Sejak Januari 1999 kita terbuai oleh amarah, benci hingga dendam. 13 tahun yang lalu adalah cerita sejarah yang tidak harus dikenang dan tidak untuk diceritakan kepada anak cucu kita. Namun jadikanlah 13 tahun yang lalu sebagai cermin untuk kita introspeksi diri tentang kemarin yang kelam, tentang kemarin yang bodoh dan tidak berprikemanusiaan. Saya bukan muslim atau kamu bukan kristiani, tapi saya adalah anak Maluku dan kamu adalah anak Maluku. Biarlah keyakinan menjadi urusan kita dengan Sang Pencipta, dan persaudaraan pela gandong sebagai kekuatan kita di tanah Maluku tercinta.

Comments

  1. Stuju...... !!!!

    Uci, ijin boleh taru uci link dan judul blog di beta blog ?? soalnya lagi kumpul refrerensi tentang blogger maluku.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts