TADI...




Muka-muka intim berlalu lalang seperti semut menemukan gula.
Pada mimik terlintas ingin yang hendak disampaikan dengan awalan “tolong”
Syaurah menerka dalam setiap raut yang tak sadar mengartikan maksud.
Tadi… ternyata sudah lewat.

Muka-muka intim telah beranjak meninggalkan bekas pijakan yang tertulis resah.
Tadi… ternyata malu untuk disampaikan.


Syaurah menunduk dalam hening.
Bertanya pada setiap pikiran yang terlintas tentang “apa yang harus dia lakukan?”
Seberat gaban di pundak, ternyata nyata seperti membalikan semua tumpu pada satu sisi.
“kenapa aku?” tanya Syaurah dalam benak.
Syaurah berurai air mata karena lelah.
Lelah pada pikiran-pikiran yang mengemuka dan lelah pada lelap yang tak kunjung datang.
Tadi… ternyata membekas dalam ingatan.

Muka-muka intim seolah setia pada nasib yang tak ingin dirubah.
Demi apa pun, hari ini Syaurah memilih “tega” untuk nasib itu.
Selayaknya beban, selayaknya nasib, selayaknya harapan, selayaknya kenyataan…
Kelak akan tiba layak.
Bagi Syaurah, tadi… adalah doa.

Kisah tadi
Syaurah , 19 Juni 2013

Comments

Popular Posts