Jul 16, 2014

GEMURUH FANS



Galau… iya, banget!! Kenapa?
Sehari sebelum ulang tahun saya 15 Juli kemarin, tim favorite saya Argentina harus mengalami kekalahan di final World Cup 2014 oleh Jerman dengan skors 1-0. Nyeseknya lagi satu-satunya gol penentu kemenangan Jerman dibuat pada menit-menit terakhir ekstra time ke-2. Mungkin kalau pertandingannya berakhir dengan  pinalti ceritanya bisa berbalik dimenangkan Argentina, atau paling tidak Messi atau siapapun bisa menyumbangkan satu gol saja ke gawang Jerman. Ahh sudahlah… nasi sudah menjadi bubur dan faktanya Albiceleste harus mengurung niat mereka mengangkat trofi piala dunia setelah penantian panjang selama 24 tahun. Setidaknya menjadi runner up juga tidak mengapa, dan setidaknya Messi mendapatkan golden ball, walaupun itu tidak begitu penting lagi dibandingkan menjadi juara piala dunia 2014. World Cup sebagai ajang pembuktian la pulga untuk fans dan Negaranya bagi saya telah terbukti, kita tidak bisa pungkiri jika “bicara soal sepak bola adalah bicara soal keberuntungan di lapangan dan di depan gawang”. Hanya keren dan bermain indah di lapangan saja tidak cukup jika keberuntungan berada di pihak lawan atau sebaliknya. Ahh.. kalau diingat-ingat semakin galau saya. Berharap kemenangan Argentina bisa menjadi kado terindah saya di ulang tahun saya kali ini, tapi saya sendiri harus tutup mulut dan puas dengan Argentina hanya menjadi runner up.
Masih tentang Albiceleste. Saya berharap pelatih pengganti Sabella kelak harus benar-benar memahami sejarah masuknya sepak bola di Argentina serta gaya bermain Argentina. Permainan sepak bola Argentina mempunyai ciri khas yang disebut La Nuestra, yakni teknik dribble yang cepat dan penuh kejutan. Gaya ini menekankan kepada kebebasan pemain untuk berkespresi dan keindahan permainan. La Nuestra muncul sekitar tahun 1900an sebagai respons publik Argentina terhadap gaya permainan ala Britania Raya yang menekankan kepada passing, kolektivitas dan kekuatan fisik. Menurut saya pada pertandingan final world cup antara Argentina vs Jerman, Argentina tidak bermain dengan gaya mereka seperti biasanya dimana Sabella lebih menekankan pada gaya bermain dengan strategi bertahan dan mengandalkan serangan balik (counterattack). Strategi Sabella untuk permainan Argentina tersebut mungkin adalah reaksi dari rasa kurang percaya diri Sabella terhadap pertahanan lini belakang Argentina. Padahal beberapa pertandingan terakhir sudah membuktikan jika lini tengah dan pertahanan Argentina lumayan bagus. Peran  Javier Mascherano, Martin Demichelis, Ezequiel Garay, Pablo Zabaleta, Marcos Rojo, Lucas Biglia dan Romero yang beberapa kali menyelamatkan gawang Argentina sudah sangat maksimal buat saya. Semestinya Sabella memaksimalkan itu dengan strategi yang baik dan tentu saja dengan menerapkan gaya permainan La Nuestra.
Dari semua hal di atas, kita tidak bisa melupakan dua hal “komitmen dan konsisten”. Jika tidak ada dua hal tersebut, saya kira percuma buat Argentina. Jerman memang layak menjadi juara World Cup 2014 karena mereka konsisten dari awal. Pada akhirnya walupun sedih, saya berharap Albiceleste harus tetap semangat dan bisa meraih juara dunia di tahun-tahun berikutnya. Amin…