Nov 18, 2021

KEPULAUAN BANDA

Sisa cerita perjalanan tahun 2020. 

Kita mulai dengan Banda Neira, destinasi yang kira-kira menjadi impian sebagian orang yang suka traveling. Kali ini perjalanan kedua saya ke Banda Neira. Senang? Tentu saja senang karena bisa kembali dengan agenda perjalanan yang berbeda. Buat kalian yang sudah membaca tulisan saya sebelumnya “Banda Neira, kota tua dan jejak sejarah yang eksotik” tentu tau janji saya untuk kembali dan menjelajahi kepulauan banda. Alhamdulillah… tahun 2020 tercapai.

Pelabuhan Yos Sudarso Ambon

Menikmati Sunrise dari KM. Pangrango

Matahari terbit dari Kepulauan Banda #sunrise

Narsis berjamaah adalah bagian dari iman?
*genk huru hara

Jumat, 30 Oktober 2020 sekitar pukul 17.30 WIT, kami bertolak dari Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dan tiba di Pelabuhan Banda Neira keesokan harinya Sabtu sekitar pukul 06.30 WIT. Perjalanan kali ini lumayan lama, kurang lebih 13 jam waku tempuh dengan KM Pangrango. Setelah tiba di Pelabuhan Banda Neira, kami menuju Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Kelas IV Banda Naira untuk menitipkan barang-barang kami sebelum menyeberang ke penginapan Villa Lewerani yang terletak di Kaki Gunung Api Banda (Gunung Lewerani).

Spot foto sejuta umat di Pelabuhan Banda Neira

Pasti ada pertanyaan kenapa kami bisa menitipkan barang di Kantor Kesyahbandaran? Kebetulan salah satu teman (genk huru hara) bersahabat baik dengan Syahbandarnya. Dan kebetulan juga Speed Boat yang akan kami gunakan untuk keliling kepulauan banda adalah milik Kantor Kesyahbandaran Banda. Btw perjalanan kali ini lumayan mendapatkan dukungan semesta, walaupun persiapannya mendadak. Oh iya, sebelum berangkat kami juga wajib tes rapid antigen sabagai salah satu syarat dikeluakan kartu kuning dari pihak Kesyahbandaran Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dan juga sebagai salah satu syarat membeli tiket kapal.  Alhamdulillah semua hasil tes antigen kami negatif (non reaktif).

Gunung api Banda adalah daya tarik  
yang selalu menyimpan rindu untuk kembali



Setelah menitipkan barang, membeli sarapan nasi kuning, kami akhirnya menyeberang dari Pulau Banda Kecil ke penginapan Villa Lewerani yang terletak di kaki Gunung Api (Gunung Lewerani). Sesampainya di Villa, kami istirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Nailaka. 

Nama Villa Lewerani diberikan sesuai nama gunung api banda,
Gunung Lewerani

Villa Lewerani terletak di aki gunung api banda
yang juga adalah salah satu titik awal pintu masuk pendakian

Perjalanan ke Pulau Nailaka ditempuh sekitar satu setengah jam, katanya kalau menggunakan speed boat reguler milik masyarakat, waktu tempuhnya bisa 2-3 jam perjalanan. Untungnya kami menggunakan Speed Boat besar dengan kapasitas 3 mesin, jadinya lumayan cepat. 

Pulau Nailaka dan Pulau Run

Pulau Nailaka dan Pulau Run, dihubungkan pasir putih

Teteup mematuhi prokes... !!


Pulau Nailaka adalah salah satu pulau kecil yang dikelilingi pasir putih di Kepulauan Banda. Pulau Nailaka berada tepat di sebelah Pulau Run. Pantai pasir putih yang menjorong dan membentuk liukan ular menghubungkan Pulau Nailaka dan Pulau Run ketika air surut, sebaliknya liukan pantai pasir putihnya akan tertutup ketika air pasang.  Selain memiiki pantai pasir putih yang indah, Pulau Nailaka juga terkenal dengan terumbu karangnya yang cantik. Kalian akan disuguhi pesona bawah laut Pulau Nailaka ketika perahu atau Speed Boat memasuki Pulau Nailaka. Karena airnya yang jernih, pesona terumbu karang di sekitar Pulau Nailaka bisa dinikmati hanya dari atas perahu atau speed boat. Pemandangan itu tentunya hanya bisa dinikmati saat mataharinya sedang tidak malu-malu (terik)

Bahagia itu sederhana, sesederhana kamu turun ke laut

Pantai pasir putih Pulau Nailaka

Setelah berenang dan menikmati keindahan Pulau Nailaka, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Hatta untuk makan siang. Waktu tempuh dari Pulau Nailaka ke Pulau Hatta sekitar 1 jam perjalanan. 

dan ternyata Pulau Hatta tidak kalah cantiknya dengan Pulau Nailaka

Pulau Hatta adalah desa dan pulau di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Indonesia. Letak Pulau Hatta sekitar 25 km di sebelah timur Kepulauan Banda. Nama lama Pulau Hatta adalah Pulau Rozengain. Pulau ini dinamakan sesuai nama Muhammad Hatta, salah satu proklamator Indonesia. Saat ini, hanya ada 2 permukiman kecil di Pulau Hatta. [Sumber Wikipedia]

Yang membedakan Pulau Hatta dan Pulau Nailaka adalah,
Pulau Hatta berpenghuni sedangkan Pulau Nailaka adalah Pulau kosong

Ada beberapa Villa warga yang bisa disewa lho... 



Seteah makan siang, keliling Pulau Hatta, nyanyi-nyanyi, dan snorkeling, Sekitar jam 6 sore kami kembali ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, kami berpapasan dengan segerombolan lumba-lumba yang tujuannya berlawanan. Sayangnya, moment tersebut tidak sempat diabadikan karena semua orang termasuk saya terlanjur terpesona sampai lupa merekam.







Kepulauan Banda itu paket lengkap untuk destinasi kalian. Mulai dari sunrise, pantainya, jejak sejarahnya, alamnya, bawah lautnya, gunungnya sampai sunsestnya. So... buat kalian yang belum ke sini, wajib memasukan destinasi Kepulauan Banda ke dalam list keinginan kalian. Jangan lupa #ayokeMaluku 😍 

No comments:

Post a Comment