Feb 27, 2011

INGATAN

Membakar setumpuk ingatan dengan tujuan menjadi debu dan akan lenyap ditiup angin, tadinya sepenggal harapan itu pernah terlintas beberapa menit yang lalu saat benak digerayangi oleh emosi. Selepas beberapa menit kemudian, semua seolah beban yang harus ditanggung entah sampai kapan atau butuh waktu berapa lama. Inilah emosi yang menghasilkan masalah, merampas senyum dari mimik bahagia hingga rapuh menapak detik-detik yang berlalu. Mengganggap aku adalah pribadi yang ceria dan selalu bersemangat ternyata tidak selalu seperti itu, aku hanya manusia pada umumnya yang pada satu titik akan diam lantas murung dan berujung pada tangisan ketika kepala dan hati tidak lagi sejalan dalam balutan kata rapuh. Seenjoy raga menikmati hidup, pada waktunya akan ada pertanyaan “kamu sudah sampai di tujuan yang mana?” dan “setelah ini kamu mau kemana lagi?” pertanyaan-pertanyaan itu yang sering muncul saat aku diam dalam renungan. Kamu adalah sosok yang sekian dalam rapuhku di hari-hari kemarin hingga saat ini, dan itu bagaikan kutukan karena aku harus mengenalmu ataupun mereka yang sudah-sudah. Seiring berjalannya waktu semua pasti terlupakan, namun di waktu-waktu tertentu mereka seperti setan yang bergentayangan dalam ingatan. Ternyata mencintai itu adalah melacurkan diri dari satu hati ke hati yang lain, dari tatapan yang satu ke tatapan yang lain, dari kasih yang satu ke kasih yang lain, dan dari bahagia ke rapuh hingga kembali lagi bahagia. Hidup lebih banyak diwarnai dengan ingatan masa-masa yang sudah lewat, jika dibandingkan dengan impian dan harapan yang akan datang. Aku, kamu, dia, dan mereka akan selalu sama ketika berada dalam sekilas ingatan. Ingatan yang selalu menjadi penyemangat dan cermin untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik, menjadi kekasih yang mereka inginkan, menjadi sahabat terbaik yang mereka miliki, dan menjadi saudara yang sepantasnya. Sampai saat ini pun ingatan-ingatan itu menjadi sahabat yang gaib.

No comments:

Post a Comment