JALANAN RASA
Terpaku di atas alas
kaki sambil menoleh lelaki itu berlalu hingga lenyap dibalik jalanan. Hidup ini
penuh dengan kejutan dan sensasi rasa. Setiap jiwa yang terpaut hingga
menenggelamkan rasa sepenuh jiwa pun pada masanya akan meniadakan semua yang
pernah dan mungkin masih ada. Perempuan itu telah memutuskan untuk melepas satu
nama dari jiwanya sekalipun meninggalkan
jejak rasa yang dalam.
Ternyata cinta bukan hanya tentang rasa, tapi juga
tentang kesetiaan, ego, dan bagaimana menyikapi kejenuhan. Orang akan berpikir
bahwa jika cinta, maka semua hal akan menjadi otomatis. Namun lelaki yang
lenyap dibalik jalanan itu telah membuktikan bahwa cinta saja tidak cukup
mempertahankan kebahagiaan dan melanggengkan sebuah rasa. Perempuan yang
menyebut dirinya ibu dari buah hati bersama lelaki itu, atas nama kebahagiaan memutuskan
untuk mengalah pada perempuan lain bukan semata karena telah kalah, tapi karena
lelah dan sudah semestinya kebahagiaan itu adalah tentang membahagiakan rasa
hingga raga.
Perpisahan pun pada akhirnya menjadi jalan keluar ketika cinta
tidak bisa dipertahankan, demikian juga dengan komitmen atas janji sehidup
semati pun tidak berjalan sebagaimana Tuhan menyaksikan. Jalanan itu sebagai
saksi realisasi kejenuhan dari sebuah rasa yang diagung-agungkan. Semoga
jalanan itu bukan jalanan yang buntu, karena perempuan itu ingin sekali lagi
merasakan apa itu cinta sejati dan apa itu kesetiaan yang tidak bertepuk
sebelah tangan. Lewat angin, perempuan itu menitipkan sejuta harap kepada
Tuhan, harap untuk sebuah hidup yang wajar, sebuah hidup yang dipenuhi kasih
dan sayang, sebuah hidup yang tidak hanya janji-janji.
Ikhlas mengantarkan
perempuan itu melangkah sendiri menyusuri jalanan dengan senyum lega yang
mengharukan. Ternyata sesulit apapun keputusan mengakhiri, Tuhan selalu
memberikan kemudahan sebagai kekuatan yang baru untuk memulai dari awal. Itulah
hidup, penuh dengan kejutan dan sensasi rasa. Kita hanya bisa merasa.
Salam ikhlas!
Comments
Post a Comment