Nov 2, 2012

JALANAN RASA


Terpaku di atas alas kaki sambil menoleh lelaki itu berlalu hingga lenyap dibalik jalanan. Hidup ini penuh dengan kejutan dan sensasi rasa. Setiap jiwa yang terpaut hingga menenggelamkan rasa sepenuh jiwa pun pada masanya akan meniadakan semua yang pernah dan mungkin masih ada. Perempuan itu telah memutuskan untuk melepas satu nama dari jiwanya sekalipun  meninggalkan jejak rasa yang dalam. 

Ternyata cinta bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang kesetiaan, ego, dan bagaimana menyikapi kejenuhan. Orang akan berpikir bahwa jika cinta, maka semua hal akan menjadi otomatis. Namun lelaki yang lenyap dibalik jalanan itu telah membuktikan bahwa cinta saja tidak cukup mempertahankan kebahagiaan dan melanggengkan sebuah rasa. Perempuan yang menyebut dirinya ibu dari buah hati bersama lelaki itu, atas nama kebahagiaan memutuskan untuk mengalah pada perempuan lain bukan semata karena telah kalah, tapi karena lelah dan sudah semestinya kebahagiaan itu adalah tentang membahagiakan rasa hingga raga. 


Perpisahan pun pada akhirnya menjadi jalan keluar ketika cinta tidak bisa dipertahankan, demikian juga dengan komitmen atas janji sehidup semati pun tidak berjalan sebagaimana Tuhan menyaksikan. Jalanan itu sebagai saksi realisasi kejenuhan dari sebuah rasa yang diagung-agungkan. Semoga jalanan itu bukan jalanan yang buntu, karena perempuan itu ingin sekali lagi merasakan apa itu cinta sejati dan apa itu kesetiaan yang tidak bertepuk sebelah tangan. Lewat angin, perempuan itu menitipkan sejuta harap kepada Tuhan, harap untuk sebuah hidup yang wajar, sebuah hidup yang dipenuhi kasih dan sayang, sebuah hidup yang tidak hanya janji-janji. 

Ikhlas mengantarkan perempuan itu melangkah sendiri menyusuri jalanan dengan senyum lega yang mengharukan. Ternyata sesulit apapun keputusan mengakhiri, Tuhan selalu memberikan kemudahan sebagai kekuatan yang baru untuk memulai dari awal. Itulah hidup, penuh dengan kejutan dan sensasi rasa. Kita hanya bisa merasa.

Salam ikhlas!

No comments:

Post a Comment